ovj

Sabtu, 12 November 2011

Goresan Karikatur Banjir Non-O Buahkan Penghargaan



Oleh
Romauli
JAKARTA – Sudi Purwono (Non-O), karikatur Harian Umum Sore Sinar Harapan, untuk keempat kalinya kembali membawa harum media ini. Pria kelahiran Bandung 27 Mei 1954 ini meraih Juara 1 Karikatur Terbaik yang diselenggarakan Institut Anugerah Mohammad Hoesni Thamrin PWI Jaya tahun 2006-2007, Kamis (13/9).
Dalam penganugerahan itu, yang antara lain juga didukung oleh perusahaan Riaupulp, Sudi membawa pulang hadiah trofi dan sebuah sepeda motor. Sudi menang mengungguli nominator yang lain atas karyanya yang menggambarkan situasi banjir di Ibu Kota yang kemudian diperburuk dengan menculnya penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dan leptospirosis.
Tapi, dengan rendah hati, Sudi mengatakan keberhasilannya itu bukan hasil karyanya sendiri, namun juga berkat dukungan redaksi dari Sinar Harapan.
“Keberhasilan saya ini tidak saya peroleh sendiri, tapi juga karena kepercayaan redaksi Sinar Harapan yang memberi saya tempat untuk menyumbangkan ide-ide dan pemikiran tanpa batas. Hubungan baik dengan wartawan juga menjadi motivasi saya,” katanya sesaat setelah bertemu dengan Pemimpin Redaksi Sinar Harapan, Kristanto Hartadi, Jumat (14/9) di redaksi SH.
Di dalam gambar karikaturnya, Sudi mengikuti perkembangan pemberitaan yang terjadi di Jakarta ataupun nasional. Ayah dari Satrio Sih Pinandhito (18) dan Cininta Kalyana (15) ini mengaku risih melihat sikap para aparat dan pejabat di pemerintahan Jakarta, dirinya ingin mengoreksi kebijakan pemerintah. Untuk itulah, lewat karikaturnya Purwono selalu menceritakan sekelumit persoalan di Ibu Kota. Seperti banjir, pengangguran, transportasi termasuk kebijakan pemerintah menaikkan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok.
Terinspirasi dari kematian tetangganya yang gantung diri karena tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup, Sudi menggambar karikatur bertuliskan kenaikan harga sembako di mana huruf O pada kata ”Sembako” dibentuk seperti borgol yang mencekik leher.
Dengan karya-karyanya Sudi berharap dapat membantu membawa perubahan lebih baik di negeri ini. Kendati diakuinya, mengubah Jakarta ke arah yang lebih baik tidaklah mudah. “Karikatur saya mungkin tidak bisa mengubah dunia. Tapi, saya berharap karya ini dapat mengingatkan pemerintah atau sebagai kontrol terhadap kebijakan yang ada,” katanya.
Ilustrasi Cemplon
Pengalaman berkarikatur dikatakan Sudi berawal dari ilustrasi rubrik Cemplon, di Sinar Harapan sebelum dibreibel yang diasuh Umar Nur Zein (almarhum). Pria yang juga mencantumkan nama Non-O dalam karyanya di sejumlah media cetak lain seperti sebagai kartunis lepas di Kompas Minggu ini adalah STSRI ASRI Yogyakarta Jurusan Seni Reklame (sekarang Desain Komunikasi).
Sudi memulai membuat ilustrasi di majalah lokal Djaka Lodang Yogyakarta yang kemudian menyebar ke hampir banyak media di Jakarta.
Tahun 1997 hingga 1998 dirinya pernah bekerja sebagai asisten animator di Perusahaan Animasi PT Anima Indah. Lewat perusahaan animasi pertama di Indonesia ini, dia pernah membuat animasi berupa iklan layanan masyarakat tentang tata cara pencoblosan yang kemudian ditayangkan di stasiun pemerintah TVRI.
Sebelum menjadi karikatur tetap di Sinar Harapan, pada 1979 Sudi memulainya sebagai kartunis lepas. Kariernya sempat ikut bergoyang saat Sinar Harapan diberedel. Setelah reformasi, kembalinya Sinar Harapan memberinya tempat kembali menuangkan idenya melalui gambar hingga saat ini.
Dia mengatakan, dalam sehari dirinya mampu menggambar satu hingga tiga karikatur. Jika dikumpulkan selama sebulan, tidak terhitung berapa karikatur yang berhasil dibuatnya.
Senior yang dikaguminya Pramono mengatakan sudah saatnya, Sudi membuat pameran karikatur sendiri. “Sayang, saya orangnya malas. Tidak mau mengumpulkan karya sendiri. Memang ada rencana untuk menyelenggarakan pameran karikatur sendiri, tapi entah kapan waktunya belum pas,” katanya.
Kendati belum mampu menyelenggarakan pameran sendiri, penghargaan dan kepercayan yang diberikan pada suami Usdekawati ini mempunyai arti tersendiri. Pria yang menghabiskan waktu kecilnya di Solo ini sangat bangga menceritakan kegiatannya pada Oktober 1994 silam. Sudi dipercaya mewakili Indonesia mengikuti Pameran Kartun ASEAN V di Jepang yang diadakan oleh The Japan Foundation wakil dari Indonesia.
Ada juga penghargaan yang diraih antara lain Karikatur Terbaik Lomba Lingkungan Hidup pada tahun 1986, Juara II Karikatur Pendidikan yang diselenggarakan Depdiknas pada tahun 1987, Juara I Karikatur terbaik yang diadakan Kejaksaan Jakarta pada tahun 1989.
Pada 1990, ia meraih Juara I Lomba Penulisan Humor yang diadakan majalah Kartini, tahun 1992, meraih Piala Adinegoro dari PWI Jaya.
Pada tahun 1994, ia meraih penghargaan sebagai karikatur terbaik Piala MH Thamrin dari PWI Jaya.
Pria yang pernah menjabat Ketua Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) periode 1994-2004 ini pernah meraih penghargaan serupa sebagai karikatur terbaik Piala MH Thamrin dari PWI Jaya pada tahun 1997-1998 dan tahun 2003 juga di Sinar Harapan. n

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop